MAKALAH MATEMATIKA ISLAM ( ARAB )
FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
“MATEMATIKA ISLAM ( ARAB )”
(
Dosen Mata Kuliah : Benny Hendrayana, M. Pd. )
Disusun
oleh :
-
Anisa Wijiasih ( 1801105101 )
-
Fara Aulia ( 1801105005 )
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
"Matematika Islam" ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam pengetikan maupun isinya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Jakarta,
13 Desember 2018
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Matematika Islam (Arab)................................................................................3
2.1.1 Sejarah
Matematika Islam (Arab).......................................................3
2.1.2 Tokoh
Matematika Islam (Arab).........................................................4
2.2 Sistem Bilangan Matematika Islam (Arab).....................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika sebagai sebuah pokok
bahasa sering disajikan dengan serangkaian prosedur teknis tanpa makna dalam
berbagai silabus dan buku-buku ajar. Penyajian semacam itu sama dengan
menganggap nama, kedudukan, dan fungsi setiap tulang kerangka manusia sebagai
perwujudan kehidupan, pemikiran dan emosi makhluk yang disebut manusia. Jika
dipisahkan dari konteks filosofi dan budaya intelektual, matematika cenderung
kehilangan makna dan menjadi sangat menyimpang.
Saat ini ilmu pengetahuan ,
khususnya Matematika, berkiblat ke negeri barat (Eropa dan Amerika). Kita
hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri timur
(Arab Muslim, India, China). Yang paling popular kita dengar sebagai
matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
matematika adalah Al-Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak aljabar dengan
memperkenalkan bilangan nol (0) dan penerjemah karya-karya yunani kuno.
Pengetahuan mengenai sejarah
matematika mungkin membantu dalam menetukan tujuan pengajaran pengetahuan dari
pokok bahasa tersebut. Dengan pendekatan sejarah, pokok bahasa tersebut dapat
diisajikan sebagai usaha manusia untuk berkembang, yang terbentuk secara
perlahan-lahan selama ribuan tahun oleh berbagai individu. Jika digunakan
dengan tepat, bahan-bahan sejarah dapat menjelaskan arti, memberikan wawasan,
dan meningkatkan pemahaman akan matematika kitu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Sejarah Matematika Islam (Arab)
2. Bagaimana
Sistem Bilangan Matematika Arab
3. Siapa
Tokoh-Tokoh Matematika Islam (Arab) Serta Penemuannya
1.3 Tujuan Masalah
1. Menjelaskan
Sejarah Matematika Islam (Arab)
2. Mengetahui
Sistem Bilangan Matematika Arab
3. Menyebutkan
Tokoh-Tokoh Matematika Islam (Arab) Serta Penemuannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Matematika Muslim (Arab)
2.1.1 Sejarah
Matematika Muslim (Arab)
Sejarah mencatat bahwa setelah
Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini
berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpusat dan
didominasi oleh umat Islam-Arab. Pada masa kekhalifahan Harun Al-Rashid,
khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, yang dimulai pada sekitar tahun
786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga
ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Pada masa
kekhalifahan berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun, beliau menerjemahkan naskah
Elements (berisi kumpulan pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid.
Kontribusi Muslim bagi perkembangan
matematika adalah terbatas pada aktivitas penerjemahan naskah Yunani kuno ke
dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika yang tidak menampilkan
tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan matematika, baik karena
sengaja atau ketidaktahuannya.
Dalam sejarah matematika,
matematika islam abad pertengahan biasa disebut matematika islam atau
matematika arab mencakup kajian matematika yang dilakukan selama perkembangan
peradaban Islam kira – kira antara tahun 622 dan 1600. Matematika islam
berkembang pesat di bawah khalifah islam yang menguasai Timur Tengah mulai dari
Semenanjung Iberia di barat sampai Lemban Indus di timur.
2.1.2 Tokoh
Matematika Muslim (Arab)
a. Al-Khawarizmi
Penemu angka nol, penggagas
algoritma, perintis konsep aljabar dan masih banyak penemuan penting lainnya.
Itulah sederet prestasi seorang muslim yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Namanya Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Seorang ilmuwan besar pada masa
kejayaan Dinasti Abbasiyah. Dia adalah Bapak Matematika.
Lahir di kota Khawarizmi (Khiva),
Uzbekistan pada tahun 780 M/ 164 H, dia adalah seorang ahli dalam bidang
matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Sejak kecil Al-Khawarizmi telah
bermigrasi bersama kedua orang tuanya menuju kota Baghdad, Irak. Saat itu Irak
di bawah pemerintahan Khalifah al Ma’mun (813-833 M) yang juga sangat peduli
terhadap ilmu pengetahuan.
Karena kecerdasan dan kegigihannya
dalam belajar, Al Ma’mun memasukan Al-Khawarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah
atau Darul Hikmah (Wisma Kearifan) di Baghdad. Sebuah lembaga penelitian ilmu
pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Konsep Aljabar
Al-Khawarizmi menulis buku
matematika yang berjudul Hisab Aljabar wal Muqabalah. Buku ini berisi
tentang persamaan linear dan kuadrat. Dalam bukunya ini ia menjelaskan cara
menyederhanakan suatu persamaan kuadrat. Aljabar merupakan cabang matematika
yang mempelajari penyederhanaan dan pemecahan masalah menggunakan “simbol”
sebagai pengganti konstanta dan variabel.
Aljabar berarti mengembalikan sesuatu
kepada keadaannya yang pertama seperti menguraikan angka pecahan. Adapun dalam
istilah matematika adalah menambah sejumlah angka tertentu untuk dua tambahan
dengan tujuan memudahkan penyelesaiannya. Sedangkan almuqabalah
(penyesuaian) artinya menyamakan antara satu angka dengan angka yang lain dan
menghasilkan suatu nilai.
Buku ini sangat berarti secara
ilmiah dan memiliki sejarah yang besar. Di dalamnya, dia merumuskan dan
menjelaskan secara detail tentang tabel Trigonometri. Tabel Trigonometri yang
memuat Sinus dan Tan merupakan salah satu penemuannya. Buku ini telah
diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Robert of Chester agar menjadi salah
satu pendorong bagi kebangkitan keilmuan Eropa.
Tentang Bilangan Nol
Angka nol penting bagi suatu
bilangan dan tentu berpengaruh terhadap ilmu-ilmu menghitung, ilmu pasti, ilmu
alam, serta ilmu lainnya, dan Al-Khawarizmi lah yang pertama kali menemukan
bilangan nol. Al-Khawarizmi adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan
angka-angka.
Nol adalah suatu angka dan digit
angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka. Angka nol memainkan
peran penting dalam matematika, yakni sebagai identitas tambahan bagi bilangan
bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka, nol
digunakan untuk tempat dalam sistem nilai tempat.
Dengan penggunaan angka tersebut
maka kata Arab Shifr yang artinya nol (kosong) diserap ke dalam bahasa Perancis
menjadi kata chiffre, dalam bahasa Jerman menjadi ziffer, dan dalam bahasa
Inggris menjadi cipher. Bilangan nol ditulis bulat dan di dalamnya kosong.
Al-Khawarizmi-pun memperkenalkan
tanda-tanda negatif yang sebelumnya tidak dikenal di kalangan ilmuwan Arab.
Para matematikawan di seluruh dunia mengakuinya dan berhutang budi kepada
Al-Khawarizmi. Ia juga mengarang buku sundials (alat-alat petunjuk waktu dengan
bantuan bayangan sinar matahari).
Algoritma
Kata “algoritma” berasal dari
latinisasi nama Al-Khawarizmi, sebagaimana tercantum pada terjemahan karyanya
dalam bahasa Latin pada abad ke-12, yakni algorithmi de numero Indorum,
Awalnya, kata “algorisma” adalah sitilah yang merujuk pada aturan-aturan
aritmetis untuk menyelesaikan persoalan menggunakan bilangan numerik Arab
(sebenarnya dari India). Kemudian, pada abad ke-18, istilah ini berkembang
menjadi algortima yang mencakup semua prosedur atau urutan langkah yang jelas
dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Hal yang pertama ditekankan dalam
alur pemikiran untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dituangkan secara
tertulis adalah alur pikiran. Sehingga, algoritma seseorang bisa berbeda dengan
algoritma orang lain. Adapun penekanan kedua adalah tertulis, yang artinya
dapat berupa kalimat, gambar atau tabel tertentu.
Astronomi
Buku Zīj al-sindhind (Arab: زيج "tabel
astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi
kalenderastronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrological.
Kalender
Yahudi
Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan
Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan
Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang
mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulanTishrī dimulai; memperhitungkan
interval antara Era Yahudi(penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan
hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi.
b. Al-Kindi
Al-Kindi hidup pada masa
penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping
menerjemah, Al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Ia
adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama.
Al-Kindi telah menulis hampir
seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara
sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena
matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin
mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi
seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai
matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.
c. Al-Karaji
Al-Karaji dianggap sebagai ahli
matematika terkemuka dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar
dari operasi geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya
dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya pada aljabar dan
polynomial memberikan aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi
polynomial. Dalam karya pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz
Woepcke memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang
memperkenalkan teori aljabar kalkulus. Al-Karaji juga yang pertama menggunakan
metode pembuktian dengan induksi matematika untuk membuktikan hasilnya, ia
berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang sangat penting
hasilnya dalam integral kalkulus.
d. Al-Battani
Zaman keemasan Islam juga
melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri. Mereka antara lain adalah
Al-Battani (850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar Khayyam. Al-Battani atau
Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal sebagai bapak trigonometri.
Al-Battani adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom
Muslim terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan trigonometri
untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel cotangen.
Beliau adalah seorang ahli
astronomi sekaligus matematikawan yang berasal dari Arab. Salah satu
pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365
hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Pada cabang ilmu dalam
bidang matematika, Al Batani banyak berperan dalam hal trigonometri. Istilah,
pengertian makna, dan sejumlah rumus-rumus sinus dan cotangen yang berhasil ia
uraikannya dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam bentuk
derajat-derajat dan sudut.
e. Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak
dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf, ahli geografi, astronom,
ahli fisika, dan pakar matematika. Al-Biruni juga memperkenalkan
pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan keliling bumi dengan cara yang
lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari
berbagai macam tempat di dunia.
f. Umar
Khayam
Umar Khayyam dikenal sebagai
seorang penyair, namun Umar Khayyam memiliki kontribusi besar dalam bidang
matematika, terutama dalam bidang aljabar dan trigonometri. Ia merupakan
matematikawan pertama yang menemukan metode umum penguraian akar-akar bilangan
tingkat tinggi dalam aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan kubus.
g. Ibnu
Sina
Ibnu Sina adalah seorang tokoh
cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran. Selain itu, dia juga
seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan kesatuan
dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan,
dan seorang guru. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern. Dia
juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari sekolah Avicennism, yang
berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.
2.2 Sistem Bilangan Matematika Islam (Arab)
Sistem bilangan Arab atau Angka
Arab (Arabic Numerals) merupakan sebuah sistem bilangan populer yg terdiri dari
angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Sistem angka ini paling banyak
digunakan di zaman modern ini. Angka Arab dipopulerkan oleh matematikawan
Muslim di abad pertengahan, kemudian menyebar ke Eropa beberapa abad kemudian,
dan menjadi angka standar dunia sejak zaman kolonial.
Bentuk evolusi dari angka Arab,
yaitu angka Arab Latin (yang banyak digunakan sekarang) muncul pertama kali di
Maroko dan Spanyol (Andalusia) di akhir abad ke-10, dan dikenal sebagai angka
"Ghubar". Layaknya huruf Latin, angka Ghubar bisa digunakan dari
kiri-kanan.
Angka Arab Latin ini kemudian
menjadi populer dan menggantikan angka Romawi di Italia dan kemudian seluruh
Eropa. Ditambah lagi sejak ditemukannya Mesin Cetak di abad ke-15, angka Arab
Latin menjadi sangat populer dan digunakan di hampir semua kerajaan di Eropa.
Sesuai dengan sejarah mereka,
angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka
Hindu-Arab. Alasan mereka lebih dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan
Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-10 melalui bangsa
Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut masih
dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko. Di
sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama “Angka Hindu”, yang mengacu pada asal mereka di India. Namun
demikian, angka ini tidak boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang
dipergunakan orang-orang Arab di Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩), yang disebut dengan nama lain Angka Arab
Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India
(misalnya angka Dewanagari: ०.१.२.३.४.५.६.७.८.९).
Sekarang, angka Arab Latin telah
menjadi angka Internasional dan digunakan di hampir seluruh dunia. Bahkan di
negara yg tidak menggunakan huruf Latin sekalipun, seperti Cina, Korea, Jepang,
India, Thailand, dll. Angka Arab Latin sesekali digunakan menggantikan angka
tradisionalnya. Sedangkan angka Romawi terkadang masih digunakan untuk tujuan
formalitas atau seni. Berikut bentuk angka Arab:
Matematika bangsa Arab dapat dibagi
menjadi 4 kelompok:
1. Aritmatika,
yang kemungkinan berasal dari India, dan berdasarkan kepada prinsip nilai
tempat.
2. Aljabar,
walaupun berasal dari Yunani, Hindu, dan Babylonia, tetapi telah dipolesi oleh
matematician Arab menjadi bentuk serta sistematik yang baru.
3. Trigonometri,
umumnya berasal dari Yunani, tetapi matematician Arab mengaplikasikannya dengan
bentuk trigonometri Hindu dan menambahkan beberapa fungsi dan rumus-rumus baru
4. Geometri,
yang umumnya berasal dari Yunani, matematician Arab memberikan generalisasi
terhadap rumus-rumus Yunani tertentu
Bukti sejarah yang dapat memperkuat
tradisi mengucapkan dan menuliskan para ilmuan Arab-Islam salah satunya adalah
kitab Al-Jam’wal tafriq bi hisab al-Hind
karya Muhammad ibnu Musa Al Khwarizmi, atau bisa dikenal dengan Al
Khwarizmi. Di dalam buku ini dijelaskan tentang algoritma aritmatika sederhana
serta penjelasan tentang angka.
Yang menjadi keunikan di dalam buku
ini adalah, beliau menuliskan simbol matematika di dalam bukunya dengan
kata-kata. Sebagai contoh, ketika menuliskan pernyataan 1 + 2, Al-Khwarizmi
menuliskannya dengan kata-kata, sehingga menjadi 1 tambah 2. Begitu juga untuk
simbol-simbol lain seperti “-“, “:”, “x” , “=”, beliau menggantinya dengan kata
“kurang”, “bagi”, “kali”, “sama dengan”.
Di dalam bukunya yang lain,
Al-Kitab al-muhtasar fi hisab al-jabr wa-l-muwabala, Al Khwarizmi menuliskan
persamaan matematika dengan kata-kata. Berikut contoh penulisan persamaan
matematika yang terdapat di dalam buku karya Al Khwarizmi.
·
Kuadrat sama dengan
akar (maksudnya ax2 = bx)
·
Kuadrat sama dengan
angka (maksudnya ax2 = c)
·
Akar sama dengan angka
(bx = c)
·
Kuadrat dan akar sama
dengan angka (ax2 + bx = c)
·
Kuadrat dan angka sama
dengan akar (ax2 + c = bx)
·
Akar dan angka sama
dengan kuadrat (bx + c = ax2) (katz, 1998)
Dapat dilihat bahwa kekuatan
komunikasi lisan Al Khwarizmi mempengaruhi komunikasi tulisannya, sehingga apa
yang beliau tuliskan sesuai dengan apa ia ucapkan. Hal ini juga menjadi bukti
pengaruh dari tradisi Arab yang sangat suka bersastra dan beretorika. Sehingga
dalam permasalahan matematika pun campur tangan budaya menjadi begitu sangat
kuat. Oleh karena itu, kasus seperti ini menjadikan matematikawan Arab-Islam disebut
sebagai matematikawan verbal. Karena suka mengatakan apa-apa yang ada di dalam
matematika.
Tradisi komunikasi verbal di dalam
matematika sesungguhnya menjadi begitu sangat penting. Dalam pandangan penulis,
yang menjadikan matematika hantu di dalam kehidupan pelajar saat ini adalah
keabstrakan bahasa matematika. Penulisan matematika dengan penggunaan bahasa
simbol bukan bahasa komunikasi verbal membuat pelajar menganggap matematika
adalah pelajaran bagi makhluk tertentu yang ada di ruang berdimensi lain.
Simbolisasi di dalam materi
matematika membuat matematika jauh dari dunia nyata. Bukan hanya itu,
simbolisasi ini juga yang membuat matematika menjadi eksklusif dan hanya
menjadi konsumsi kalangan tertentu saja. Hal ini bertolak belakang dengan pola
pembelajaran matematikawan Arab-Islam pada zamannya. Matematika pada saat itu
menggunakan bahasa verbal sehari-hari.
Dari sini sebenarnya perlu
dihidupkan kembali bahasa komunikasi biasa di matematika. Contohnya dalam
membuktikan suatu teori di dalam matematika, seorang siswa dituntut tidak hanya
bisa membuktikan dalam bahasa simbol matematika, tetapi juga menggunakan bahasa
komunikasi biasa.
Misalkan dalam mencari nilai x
dalam persamaan 2x-2 = 10. Secara matematis penyelesaiannya menjadi seperti
berikut :
2x-2 = 10
2x-2 + (2) = 10 + (2)
2x + 0 = 12
2x = 12
2x : 2 = 12 : 2
x = 6
lalu siswa juga dituntut untuk menyelesaikannya
dalam bahasa komunikasi verbal. Sehingga penyelesaiannya menjadi seperti
berikut.
“2 dikali dengan suatu bilangan
lalu dikurang 2, hasilnya sama dengan 10. Selanjutnya 2 sama-sama ditambahkan,
sehingga menjadi 2 dikali dengan suatu bilangan lalu dikurang 2 dan ditambah 2,
sama dengan 10 ditambah 2. Hasilnya 2 dikali suatu bilangan ditambah 0, sama
dengan 12. Sehingga 2 dikali suatu bilangan, sama dengan 12. Maka bilangan
berapa yang dikalikan dengan 2 lalu hasilnya menjadi 12? Maka bilangannya
adalah 6.”
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Sejarah mencatat bahwa setelah
Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini
berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpusat dan
didominasi oleh umat Islam-Arab. Pada masa kekhalifahan Harun Al-Rashid,
khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, yang dimulai pada sekitar tahun
786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga
ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab.
Sistem bilangan Arab atau Angka
Arab (Arabic Numerals) merupakan sebuah sistem bilangan populer yg terdiri dari
angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Sistem angka ini paling banyak
digunakan di zaman modern ini. Angka Arab dipopulerkan oleh matematikawan
Muslim di abad pertengahan, kemudian menyebar ke Eropa beberapa abad kemudian,
dan menjadi angka standar dunia sejak zaman kolonial.
b.
Saran
Begitu
banyak ilmu-ilmu yang telah berkembang dipaparkan diatas oleh para tokoh-tokoh
matematician Arab,itu semua bisa kita pelajari dan terapkan saat ini pada
bangku sekolah. Dengan mempelajari ini kita dapat mengetahui tokoh-tokoh dari
matematika Arab tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Basya,
Fahmi. 2007. Matematika Islam.
Jakarta: Republika.
G,Muchtar.
1988. Sejarah Matematika. Padang: Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP).
https://www://Perkembangan+Sejarah+Matematika+pada+Zaman+Arab.com Diakses
pada tanggal 28 November 2018
Diakses pada tanggal 28 November 2018
https://matharis.wordpress.com/ilmuwan-islam-penemu-konsep-matematika/
Diakses pada tanggal 28 November 2018
Komentar
Posting Komentar