MAKALAH MATEMATIKA ISLAM ( ARAB )


FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

“MATEMATIKA ISLAM ( ARAB )”

( Dosen Mata Kuliah : Benny Hendrayana, M. Pd. )








Disusun oleh :

-          Anisa Wijiasih                   ( 1801105101 )

-          Fara Aulia                         ( 1801105005 )




PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2018


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul "Matematika Islam" ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam pengetikan maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.




                                                                                                                Jakarta, 13 Desember 2018


                                                                                                                             Penulis






Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1       Latar Belakang................................................................................................1
1.2       Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3       Tujuan Masalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1       Matematika Islam (Arab)................................................................................3
2.1.1    Sejarah Matematika Islam (Arab).......................................................3
2.1.2    Tokoh Matematika Islam (Arab).........................................................4
2.2       Sistem Bilangan Matematika Islam (Arab).....................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................13
3.1       Kesimpulan.....................................................................................................13
3.2       Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14





BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Matematika sebagai sebuah pokok bahasa sering disajikan dengan serangkaian prosedur teknis tanpa makna dalam berbagai silabus dan buku-buku ajar. Penyajian semacam itu sama dengan menganggap nama, kedudukan, dan fungsi setiap tulang kerangka manusia sebagai perwujudan kehidupan, pemikiran dan emosi makhluk yang disebut manusia. Jika dipisahkan dari konteks filosofi dan budaya intelektual, matematika cenderung kehilangan makna dan menjadi sangat menyimpang.
Saat ini ilmu pengetahuan , khususnya Matematika, berkiblat ke negeri barat (Eropa dan Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri timur (Arab Muslim, India, China). Yang paling popular kita dengar sebagai matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak aljabar dengan memperkenalkan bilangan nol (0) dan penerjemah karya-karya yunani kuno.
Pengetahuan mengenai sejarah matematika mungkin membantu dalam menetukan tujuan pengajaran pengetahuan dari pokok bahasa tersebut. Dengan pendekatan sejarah, pokok bahasa tersebut dapat diisajikan sebagai usaha manusia untuk berkembang, yang terbentuk secara perlahan-lahan selama ribuan tahun oleh berbagai individu. Jika digunakan dengan tepat, bahan-bahan sejarah dapat menjelaskan arti, memberikan wawasan, dan meningkatkan pemahaman akan matematika kitu sendiri.

1.2       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Matematika Islam (Arab)
2.      Bagaimana Sistem Bilangan Matematika Arab
3.      Siapa Tokoh-Tokoh Matematika Islam (Arab) Serta Penemuannya

1.3       Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan Sejarah Matematika Islam (Arab)
2.      Mengetahui Sistem Bilangan Matematika Arab
3.      Menyebutkan Tokoh-Tokoh Matematika Islam (Arab) Serta Penemuannya






BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Matematika Muslim (Arab)
2.1.1    Sejarah Matematika Muslim (Arab)
Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Pada masa kekhalifahan Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, yang dimulai pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Pada masa kekhalifahan berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun, beliau menerjemahkan naskah Elements (berisi kumpulan pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid.
Kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika yang tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan matematika, baik karena sengaja atau ketidaktahuannya.
Dalam sejarah matematika, matematika islam abad pertengahan biasa disebut matematika islam atau matematika arab mencakup kajian matematika yang dilakukan selama perkembangan peradaban Islam kira – kira antara tahun 622 dan 1600. Matematika islam berkembang pesat di bawah khalifah islam yang menguasai Timur Tengah mulai dari Semenanjung Iberia di barat sampai Lemban Indus di timur.
2.1.2    Tokoh Matematika Muslim (Arab)
a.         Al-Khawarizmi
Penemu angka nol, penggagas algoritma, perintis konsep aljabar dan masih banyak penemuan penting lainnya. Itulah sederet prestasi seorang muslim yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Namanya Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Seorang ilmuwan besar pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah. Dia adalah Bapak Matematika.
Lahir di kota Khawarizmi (Khiva), Uzbekistan pada tahun 780 M/ 164 H, dia adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Sejak kecil Al-Khawarizmi telah bermigrasi bersama kedua orang tuanya menuju kota Baghdad, Irak. Saat itu Irak di bawah pemerintahan Khalifah al Ma’mun (813-833 M) yang juga sangat peduli terhadap ilmu pengetahuan.
Karena kecerdasan dan kegigihannya dalam belajar, Al Ma’mun memasukan Al-Khawarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah atau Darul Hikmah (Wisma Kearifan) di Baghdad. Sebuah lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Konsep Aljabar
Al-Khawarizmi menulis buku matematika yang berjudul Hisab Aljabar wal Muqabalah. Buku ini berisi tentang persamaan linear dan kuadrat. Dalam bukunya ini ia menjelaskan cara menyederhanakan suatu persamaan kuadrat. Aljabar merupakan cabang matematika yang mempelajari penyederhanaan dan pemecahan masalah menggunakan “simbol” sebagai pengganti konstanta dan variabel.
Aljabar berarti mengembalikan sesuatu kepada keadaannya yang pertama seperti menguraikan angka pecahan. Adapun dalam istilah matematika adalah menambah sejumlah angka tertentu untuk dua tambahan dengan tujuan memudahkan penyelesaiannya. Sedangkan almuqabalah (penyesuaian) artinya menyamakan antara satu angka dengan angka yang lain dan menghasilkan suatu nilai.
Buku ini sangat berarti secara ilmiah dan memiliki sejarah yang besar. Di dalamnya, dia merumuskan dan menjelaskan secara detail tentang tabel Trigonometri. Tabel Trigonometri yang memuat Sinus dan Tan merupakan salah satu penemuannya. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Robert of Chester agar menjadi salah satu pendorong bagi kebangkitan keilmuan Eropa.
Tentang Bilangan Nol
Angka nol penting bagi suatu bilangan dan tentu berpengaruh terhadap ilmu-ilmu menghitung, ilmu pasti, ilmu alam, serta ilmu lainnya, dan Al-Khawarizmi lah yang pertama kali menemukan bilangan nol. Al-Khawarizmi adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka.
Nol adalah suatu angka dan digit angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka. Angka nol memainkan peran penting dalam matematika, yakni sebagai identitas tambahan bagi bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka, nol digunakan untuk tempat dalam sistem nilai tempat.
Dengan penggunaan angka tersebut maka kata Arab Shifr yang artinya nol (kosong) diserap ke dalam bahasa Perancis menjadi kata chiffre, dalam bahasa Jerman menjadi ziffer, dan dalam bahasa Inggris menjadi cipher. Bilangan nol ditulis bulat dan di dalamnya kosong.
Al-Khawarizmi-pun memperkenalkan tanda-tanda negatif yang sebelumnya tidak dikenal di kalangan ilmuwan Arab. Para matematikawan di seluruh dunia mengakuinya dan berhutang budi kepada Al-Khawarizmi. Ia juga mengarang buku sundials (alat-alat petunjuk waktu dengan bantuan bayangan sinar matahari).
Algoritma
Kata “algoritma” berasal dari latinisasi nama Al-Khawarizmi, sebagaimana tercantum pada terjemahan karyanya dalam bahasa Latin pada abad ke-12, yakni algorithmi de numero Indorum, Awalnya, kata “algorisma” adalah sitilah yang merujuk pada aturan-aturan aritmetis untuk menyelesaikan persoalan menggunakan bilangan numerik Arab (sebenarnya dari India). Kemudian, pada abad ke-18, istilah ini berkembang menjadi algortima yang mencakup semua prosedur atau urutan langkah yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Hal yang pertama ditekankan dalam alur pemikiran untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dituangkan secara tertulis adalah alur pikiran. Sehingga, algoritma seseorang bisa berbeda dengan algoritma orang lain. Adapun penekanan kedua adalah tertulis, yang artinya dapat berupa kalimat, gambar atau tabel tertentu.
                                    Astronomi
Buku Zīj al-sindhind (Arab: زيج "tabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalenderastronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrological.
                                    Kalender Yahudi
Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulanTishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi(penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi.
b.         Al-Kindi
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Di samping menerjemah, Al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
c.         Al-Karaji
Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori aljabar kalkulus. Al-Karaji juga yang pertama menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.
d.         Al-Battani
Zaman keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri. Mereka antara lain adalah Al-Battani (850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal sebagai bapak trigonometri. Al-Battani adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel cotangen.
Beliau adalah seorang ahli astronomi sekaligus matematikawan yang berasal dari Arab. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Pada cabang ilmu dalam bidang matematika, Al Batani banyak berperan dalam hal trigonometri. Istilah, pengertian makna, dan sejumlah rumus-rumus sinus dan cotangen yang berhasil ia uraikannya dengan sempurna, lengkap dengan tabel-tabelnya dalam bentuk derajat-derajat dan sudut.
e.         Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf, ahli geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan keliling bumi dengan cara yang lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.
f.          Umar Khayam
Umar Khayyam dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar Khayyam memiliki kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama dalam bidang aljabar dan trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang menemukan metode umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan kubus.
g.         Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah seorang tokoh cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran. Selain itu, dia juga seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan kesatuan dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan, dan seorang guru. Bagi banyak orang, beliau adalah Bapak Pengobatan Modern. Dia juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari sekolah Avicennism, yang berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.
2.2       Sistem Bilangan Matematika Islam (Arab)
Sistem bilangan Arab atau Angka Arab (Arabic Numerals) merupakan sebuah sistem bilangan populer yg terdiri dari angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Sistem angka ini paling banyak digunakan di zaman modern ini. Angka Arab dipopulerkan oleh matematikawan Muslim di abad pertengahan, kemudian menyebar ke Eropa beberapa abad kemudian, dan menjadi angka standar dunia sejak zaman kolonial.
Bentuk evolusi dari angka Arab, yaitu angka Arab Latin (yang banyak digunakan sekarang) muncul pertama kali di Maroko dan Spanyol (Andalusia) di akhir abad ke-10, dan dikenal sebagai angka "Ghubar". Layaknya huruf Latin, angka Ghubar bisa digunakan dari kiri-kanan.
Angka Arab Latin ini kemudian menjadi populer dan menggantikan angka Romawi di Italia dan kemudian seluruh Eropa. Ditambah lagi sejak ditemukannya Mesin Cetak di abad ke-15, angka Arab Latin menjadi sangat populer dan digunakan di hampir semua kerajaan di Eropa.
Sesuai dengan sejarah mereka, angka-angka (0,1,2,3,4,5,6,7,8,9) juga dikenal sebagai Angka Hindu atau Angka Hindu-Arab. Alasan mereka lebih dikenal sebagai “Angka Arab” di Eropa dan Amerika adalah karena mereka diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-10 melalui bangsa Arab di Afrika Utara. Dahulu (dan sampai sekarang) digit-digit tersebut masih dipergunakan oleh orang Arab barat semenjak dari Libya hingga ke Maroko. Di sisi lain, orang-orang Arab menyebut sistem tersebut dengan nama “Angka Hindu”,  yang mengacu pada asal mereka di India. Namun demikian, angka ini tidak boleh dirancukan dengan “Angka Hindu” yang dipergunakan orang-orang Arab di Timur Tengah (٠.١.٢.٣.٤.٥.٦.٧.٨.٩), yang disebut dengan nama lain Angka Arab Timur; atau dengan angka-angka lain yang saat ini dipergunakan di India (misalnya angka Dewanagari: .........).
Sekarang, angka Arab Latin telah menjadi angka Internasional dan digunakan di hampir seluruh dunia. Bahkan di negara yg tidak menggunakan huruf Latin sekalipun, seperti Cina, Korea, Jepang, India, Thailand, dll. Angka Arab Latin sesekali digunakan menggantikan angka tradisionalnya. Sedangkan angka Romawi terkadang masih digunakan untuk tujuan formalitas atau seni. Berikut bentuk angka Arab:

Matematika bangsa Arab dapat dibagi menjadi 4 kelompok:
1.         Aritmatika, yang kemungkinan berasal dari India, dan berdasarkan kepada prinsip nilai tempat.
2.         Aljabar, walaupun berasal dari Yunani, Hindu, dan Babylonia, tetapi telah dipolesi oleh matematician Arab menjadi bentuk serta sistematik yang baru.
3.         Trigonometri, umumnya berasal dari Yunani, tetapi matematician Arab mengaplikasikannya dengan bentuk trigonometri Hindu dan menambahkan beberapa fungsi dan rumus-rumus baru
4.         Geometri, yang umumnya berasal dari Yunani, matematician Arab memberikan generalisasi terhadap rumus-rumus Yunani tertentu
Bukti sejarah yang dapat memperkuat tradisi mengucapkan dan menuliskan para ilmuan Arab-Islam salah satunya adalah kitab Al-Jam’wal tafriq bi hisab al-Hind  karya Muhammad ibnu Musa Al Khwarizmi, atau bisa dikenal dengan Al Khwarizmi. Di dalam buku ini dijelaskan tentang algoritma aritmatika sederhana serta penjelasan tentang angka.
Yang menjadi keunikan di dalam buku ini adalah, beliau menuliskan simbol matematika di dalam bukunya dengan kata-kata. Sebagai contoh, ketika menuliskan pernyataan 1 + 2, Al-Khwarizmi menuliskannya dengan kata-kata, sehingga menjadi 1 tambah 2. Begitu juga untuk simbol-simbol lain seperti “-“, “:”, “x” , “=”, beliau menggantinya dengan kata “kurang”, “bagi”, “kali”, “sama dengan”.
Di dalam bukunya yang lain, Al-Kitab al-muhtasar fi hisab al-jabr wa-l-muwabala, Al Khwarizmi menuliskan persamaan matematika dengan kata-kata. Berikut contoh penulisan persamaan matematika yang terdapat di dalam buku karya Al Khwarizmi.

·         Kuadrat sama dengan akar (maksudnya ax2 = bx)
·         Kuadrat sama dengan angka (maksudnya ax2 = c)
·         Akar sama dengan angka (bx = c)
·         Kuadrat dan akar sama dengan angka (ax2 + bx = c)
·         Kuadrat dan angka sama dengan akar (ax2 + c = bx)
·         Akar dan angka sama dengan kuadrat (bx + c = ax2) (katz, 1998)
Dapat dilihat bahwa kekuatan komunikasi lisan Al Khwarizmi mempengaruhi komunikasi tulisannya, sehingga apa yang beliau tuliskan sesuai dengan apa ia ucapkan. Hal ini juga menjadi bukti pengaruh dari tradisi Arab yang sangat suka bersastra dan beretorika. Sehingga dalam permasalahan matematika pun campur tangan budaya menjadi begitu sangat kuat. Oleh karena itu, kasus seperti ini menjadikan matematikawan Arab-Islam disebut sebagai matematikawan verbal. Karena suka mengatakan apa-apa yang ada di dalam matematika.
Tradisi komunikasi verbal di dalam matematika sesungguhnya menjadi begitu sangat penting. Dalam pandangan penulis, yang menjadikan matematika hantu di dalam kehidupan pelajar saat ini adalah keabstrakan bahasa matematika. Penulisan matematika dengan penggunaan bahasa simbol bukan bahasa komunikasi verbal membuat pelajar menganggap matematika adalah pelajaran bagi makhluk tertentu yang ada di ruang berdimensi lain.
Simbolisasi di dalam materi matematika membuat matematika jauh dari dunia nyata. Bukan hanya itu, simbolisasi ini juga yang membuat matematika menjadi eksklusif dan hanya menjadi konsumsi kalangan tertentu saja. Hal ini bertolak belakang dengan pola pembelajaran matematikawan Arab-Islam pada zamannya. Matematika pada saat itu menggunakan bahasa verbal sehari-hari.
Dari sini sebenarnya perlu dihidupkan kembali bahasa komunikasi biasa di matematika. Contohnya dalam membuktikan suatu teori di dalam matematika, seorang siswa dituntut tidak hanya bisa membuktikan dalam bahasa simbol matematika, tetapi juga menggunakan bahasa komunikasi biasa.
Misalkan dalam mencari nilai x dalam persamaan 2x-2 = 10. Secara matematis penyelesaiannya menjadi seperti berikut :
2x-2 = 10
2x-2 + (2) = 10 + (2)
2x + 0 = 12
2x = 12
2x : 2 = 12 : 2
x = 6
lalu siswa juga dituntut untuk menyelesaikannya dalam bahasa komunikasi verbal. Sehingga penyelesaiannya menjadi seperti berikut.
“2 dikali dengan suatu bilangan lalu dikurang 2, hasilnya sama dengan 10. Selanjutnya 2 sama-sama ditambahkan, sehingga menjadi 2 dikali dengan suatu bilangan lalu dikurang 2 dan ditambah 2, sama dengan 10 ditambah 2. Hasilnya 2 dikali suatu bilangan ditambah 0, sama dengan 12. Sehingga 2 dikali suatu bilangan, sama dengan 12. Maka bilangan berapa yang dikalikan dengan 2 lalu hasilnya menjadi 12? Maka bilangannya adalah 6.”




BAB III
PENUTUP

a.                   Kesimpulan
Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Pada masa kekhalifahan Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, yang dimulai pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah matematika (juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab.
Sistem bilangan Arab atau Angka Arab (Arabic Numerals) merupakan sebuah sistem bilangan populer yg terdiri dari angka 0-9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Sistem angka ini paling banyak digunakan di zaman modern ini. Angka Arab dipopulerkan oleh matematikawan Muslim di abad pertengahan, kemudian menyebar ke Eropa beberapa abad kemudian, dan menjadi angka standar dunia sejak zaman kolonial.
b.                  Saran
Begitu banyak ilmu-ilmu yang telah berkembang dipaparkan diatas oleh para tokoh-tokoh matematician Arab,itu semua bisa kita pelajari dan terapkan saat ini pada bangku sekolah. Dengan mempelajari ini kita dapat mengetahui tokoh-tokoh dari matematika Arab tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Basya, Fahmi. 2007. Matematika Islam. Jakarta: Republika.
G,Muchtar. 1988. Sejarah Matematika. Padang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP).
Diakses pada tanggal 28 November 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keterbagian Oleh 5, 7, 13, 17, dan 19

Induksi Matematika